Selasa, 29 Januari 2019

Sesekali Merasakan Rindu (1)

   Sebelum memasuki cerita pada sebuah tulisan ini, saya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru 2019, gapapa telat 29 hari bodo amat. yang penting masih diawal Januari dari pada ngga sama sekali nanti disangkanya apatis terhadap sosial lagi. Semoga apa-apa saja yang sudah kalian lalui di tahun sebelumnya menjadi lebih baik lagi di Tahun 2019 ini, 
yang tadinya jomblo menjadi berpasangan
yang tadinya berpasangan menjadi pernikahan
yang sudah menikah mendapakan momongan
yang tadinya nganggur mendapakan pekerjaan
yang sudah kerja diperpanjang kontraknya
yang putus kontrak mendapatkan pekerjaan kembali
yang udah kerja trus gak betah semoga di terima resign-nya
yang jatahnya cuti di approve cutinya
yang tadinya gak punya uang menjadi banyak uangnya
yang udah banyak uangnya menjadi lebih sering sedekahnya
yang tadinya ngerokok menjadi berhenti ngerokok
yang tadinya konsumsi alkohol menjadi minum air putih
yang tadinya minum air putih menjadi konsumsi alkohol hehe
yang tadinya ganja ilegal menjadi legal
yang tadinya gak ibadah menjadi rajin ibadah
yang tadinya rajin ibadah menjadi lebih rajin ibadahnya
yang tadinya suka nonton bokep jadi mempraktekannya langsung
hehe sama pasangan yang halal maksudnya
yang tadinya suka naik gunung jadi gak suka naik gunung (biar gak rame)
yang tadinya suka metik edelweis menjadi viral
yang tadinya vandalisme jadi seniman 
dan hal-hal lain yang menjadikan kalian resolusi ditahun ini tentunya yang baik-baik juga bagi kalian dan lingkungan sekitar semoga didengar oleh sang maha kuasa, aminn

Satu lagi, di tanggal ini 29 Januari ini saya ingin mengucapkan Selamat kepada saudari Desi Rosyati
Selamat atas 1064hari nya yang sudah mau-maunya melalui itu semua bersama-sama baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih, kamu sungguh luar biasa.. jadi pengen peluk tapi jauh.

Mari kita mulai..
Yup, sesuai judulnya, kali ini akan saya ceritakan perjalanan saya ke puncak menarinya para dewa.

   Perjalananku ke Semeru untuk ke-sekian kalinya, kali ini ditemani sang kekasih Desi Rosyati juga di temani seorang porter handal Agus Supri haha engga deng, Agus itu temen satu sekolah ku dulu hingga sekarang jadi teman jalan. gak penting sih bahas dia terlalu dalam.
tepat pada Cuti kerjaku periode-1 ku ambil pada bulan November 2018, hanya saja ku sudah meninggalkan site office Batang pada 30 September 2018, seperti yang sudah ku ceritakan pada postingan tulisanku sebelumnya saat dimana hari sebelum keberangkatan kami menuju malang, begitu sibuknya menjadikan diri layaknya menjadi Gojek.

kami bertiga sampai St. Pasar Senen pada 30 September 2018, 14.45 WIB.
cukuplah untuk menukar tiket, beli cemilan dan merokok sebatang saat itu sebelum memasuki kereta api mataremaja. perjalanan tertera pada lembar tiket kurang lebih 15jam
jauh-jauh sebelum kami memutuskan untuk memilih kereta apa yang akan kami pilih sebagai transport kami Jakarta-Malang ada beberapa point yang harus kami pertimbangkan. yaitu;
1. Harga
2. Klass/kenyamanan
3. Sosialisasi
4. Waktu tiba

dan mataremaja mencangkup kesemua itu, soal harga, kenyamanan dan juga waktu tiba pun menurut kami mataremajalah yang paling tepat diantara kereta yang lainnya. asal.....ada asalnya tapi...
asal kalau beli 2kursi /orang hehee. Yup, kami jadi beli 6tiket untuk 3orang.
kalau dipikir-pikir yaa lebih baik seperti itu. kami ambil yang ekonomi seharga 115.000 dengan membeli 2 tiket per orang menjadi 230.000 dengan harapan bisa tidur selonjoran, bisa naruh tas carrier dengan leluasa tanpa rebutan slot tempat, serta mendapati rombongan pendaki juga agar bisa share cost untuk jeep dan juga sampai tujuan pagi hari agar bisa langsung melakukan pendakian sebelum sore hari. dibandingkan kami harus membeli yang kelas Ekonomi bisnis/ Bisnis dengan harga diatas 2tiketnya mataremaja pastinya, itupun tetep saja gak bisa selonjoran kan. dan waktu tiba di Malang pun tidak setepat/sesuai dengan kepentingan kami untuk mendaki mahameru yang sudah kami rancang sebelumnya. dengan harapan bisa bertemu pendaki lain yang memang belum dapat jeep dari Malang menuju Ranupane ternyata nihil.
memang banyak pendaki saat itu kami jumpa baik di kereta maupun di Malang, akan tetapi mereka semua sudah berombongan dan sudah mencarter jeep pula, alhasil kami hanya sampaikan 'oke mas, sampai bertemu di sana' dan kami pun tetap bertiga. Enjor sirrr.


   Cukuplah untuk mencari sarapan dekat St. Malang, yang sebelumnya kami disambut oleh Pak Edi pengemudi angkutan kota Malang yang akan mengantarkan kami ke basecamp jeep milik mas Pras yang sebelumnya kami sudah menghubungi prihal kunjungan kami ke Semeru. berhubung Malang mempunyai cara sendiri untuk saling berbagi rezeki terhadap sesama. mas Pras memberitahui kami juga prihal yang menjemput kami di Stasiun yaa si pak Edi itu,

"nanti sampean dijemput pak edi di stasiun, karna kan jeep gak boleh sampe stasiun mas perarturannya jadi.. nanti sama angkutan yaa kesininya, jam berapa sampe?"
"oh.. iya mas, gapapa, ini udah mau sampe sih sudah di rumah yang warna warni"
"oke, siap. nanti tak sms nomer'e pak edi yoo, maaf nih gak bisa jemput langsung"
"siap mass"
"oiya nanti itu pak Edinya ndak usah sampean tanyai tarif kesini, itu sudah sama saya, kasih rokok aja mas.."
"oke mas" lalu telepon dimatikan.

Jeep untuk perjalanan dari St.Malang - Ranupani kami dicharge 600.000 untuk sekali antar.
sengaja kami bilang ke mas Pras saat itu hanya diantarkan, toh kami berharap kembali dapet barengan pulangnya untuk sharecost agar dapat hemat . karna rencana kami saat itu juga mau mampir ke Bromo. lagi pula, toh kalau memang tidak mendapati barengan kami bisa langsung mengkontak mas Pras agar dijemput.

Oke, kami disarankan untuk sarapan terlebih dahulu, warung makan nasi pun ditunjukannya oleh pak Edi

"Iki cah-cah arep sarapan yuu.. " ucap pak Edi kepada mba mba penjual warung nasi
"Wis yo mas tak tinggal, sarapan sek, kalem" pak Edi meyakinkan

Pak Edi pun kami ajak untuk juga sarapan hanya saja dia bilang sudah sarapan dirumah. kami hanya menanyakan rokoknya apa dan membelikannya sesuai dengan perintah mas Pras tadi dalam telepon. walaupun pak Edi menolak tapi kami harus memaksanya, agar kami dapat enak hati untuk merepotkannya selama kami denganya_
Setelah nasi tahu campur dan teh anget memasuki perut kami, kamipun menyegerakan pak Edi untuk melangsungkan perjalanan menuju rumah mas Pras, yang akrab di sebut basecamp mas Pras. pak Edi pun tak bosan-bosannya menanyakan kelengkapan kami termasuk syarat-syarat pendakian yang berhubungan dengan Simaksi, seperti fotocopy KTP, surat sehat, form simaksi, bukti pembayaran serta kelengkapan logistik. yang mengharuskan kami untuk meminta antar ke pasar sayur terdekat dengan sejalannya kami menuju rumah mas Pras.




Setelah sibuk menimbang-nimbang apa-apa saja yang perlu kita beli untuk menjadikannya ketahanan pangan kami di gunung Semeru dalam beberapa hari kedepan, kami masih perlu mencari beberapa kebutuhan seperti spirtus, polybag, talirafia, dan senter yang saat itu Agus kawan kami sadar akan dirinya yang lupa bawa, seperti halnya saya yang lupa mengeprint bukti pembayaran simaksi. dengan harapan di Basecamp Ranupane ada printer ataupun bisa dengan cara menunjukan bukti transfernya lewat handphone saja. menyepelekan memang, yang ini tak perlu kalian tiru.

akhirnya ini itu selesai dengan tibanya kami di rumah mas Pras yang kebetulan pula mas Pras nya sudah jalan keluar untuk membetulkan jeepnya info dari sang istri. kami packing ulang dirumah mas pras, menitipkan sebagian pakaian yang menurut kami tak perlu kami bawa, shalat dzuhur dilakukan Desi seorang hehe karna bagi saya melakukan perjalanan naik gunung termasuk musafir jadi sholat gak sholat yang penting percaya akan adanya Tuhan yang akan menjaga kita. yaa.. diwakilkan lah yaa, setidaknya ada satu dari salah satu tim yang menjalankan sholat hehe. yang ini juga gak wajib di tiru sih
setelahnya, kami pun melakukan perjalanan menggunakan jeep merah di supiri oleh kawannya mas Pras yang saya lupa namanya. lagi-lagi kami merepotkannya untuk berhenti sejenak di pasar Tumpang untuk membeli tembakau. dan perjalanan dilanjukan kembali menuju Desa Ranupane, desa terakhir menuju pendakian gunung Semeru.
saat itu pukul 12.00 WIB kami start jalan menuju Ranupane.






Kami tiba Ranupane pukul 13.14 WIB dengan dingin dibadan berjalan sedikit menghampiri basecamp untuk mengurusi yang namanya Simaksi. Basecamp Ranupane buka pukul 09.00-16.00 selebih dari itu silahkan harap-harap cemas anda untuk menunggu keesokan harinya agar bisa melakukan start pendakian. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memang cukup ketat dan ribet untuk urusan izin pendakian dari taman nasional lainnya, mungkin itu dikarnakan beberapa keadaan yang menimpa gunung Semeru belakangan ini dari kotornya air danau, sampah yang mengunung, rusaknya tanaman dan habitatnya, banyak yang bilang gunung Semeru terkena dampak dari salah satu Film. maka dari itu petugas TNBTS lebih menerapkan sistem yang kini sudah dirancang untuk lebih mengedepankan pengetahuan dalam mendaki dan menjadikan para pendaki agar tidak menyepelekan hal-hal kecil sedikitpun. karna dari hal kecil dapat menjadikannya hal yang berdampak besar atau fatal sekalipun.

Termasuk hal yang kami sepelekan saat kami lupa mengeprint bukti pembayaran Simaksi, selebihnya kami lengkap dan sudah kami serahkan, akan tetapi bukti pembayaran kami pun tetap dimintanya, dan tidak dapat di perlihatkan hanya dari handphone saja.
lalu kami menanyakan dimana kami dapat mengeprint kepada petugas, hanya saja saat itu di dekat basecamp kios yang bisa menerima jasa print tutup. oke, kami disuruh turun tempat dimana kami diturunkan jeep tadi, yaitu di parkiran bawah batas pengantaran kendaraan.
saya lihat jam saat itu pukul 13.40 WIB. waktu yang ideal sebenarnya untuk memulai pendakian hanya saja kami masih terlibat dalam urusan administrasi.
hingga akhirnya saya dan Agus berjalan mencari rumah warga yang disapa Ibu Sri, sedangkan Desi menunggu di Basecamp. Rumah ibu Sri direkomendasikan juga oleh petugas. karna dirumah ibu Sri itulah satu-satunya rumah yang mendapati printer. menerka-nerka dengan tembok warna putih yang pagarnya hitam, 3 rumah dari Greja. itulah yang kami dapat keterangan bahwa itu adalah rumahnya ibu Sri. setelah bertemu Greja kami mengitung rumah satu.. dua.. tiga.. sampai yang diyakinkan bahwa itu adalah rumah ibu Sri, kami hampiri, kami ketuk, kami panggil nama ibu Sri berulang kali tak ada jawaban. sekitar 10menit kami disana. melihat tidak ada respon, kami meyakinkan kembali dengan bertanya kepada seorang bocah yang sedang bermain. dan mereka pun bilang bahwa memang benar rumah itu adalah rumah ibu Sri.
akhirnya saya dan Agus memutuskan untuk berjalan kembali menghampiri toko yang menjual makanan juga merentalkan alat-alat pendakian dengan harapan disana ada printer. dan ternyata tidak ada, kami berjalan lagi menanyakan warga dimana kami dapat bertemu dengan yang namanya printer. suatu pencerahan kembali terjadi ketika salah satu warga yang kami tanyai itu menjawab bahwa didepan rumah bertembok orange yang pagernya sedang ada karpet yang dijemur disana ada printer. oke, kamipun menghampiri dengan harapan yang kalian pasti tau apa harapan kami saat itu tanpa perlu saya tulis. dan ternyata rumah itu kembali kosong. sudah setengah jam kami habiskan waktu, sementara yang ada dipikiranku adalah batas simaksi yang sudah mau tutup. di pikiran Agus adalah gak mungkin untuk menunggu sehari lagi, dan bisa saya tebak juga adalah pikiran Desi yang menahan dingin di Ranupane yang cemas akan kami yang tidak juga mendapatkan printer.

Kami pun kembali menuju Ranupani, hanya saja kami berhenti di belokan jalan. saya dan Agus foto-foto. hahaha yaa nggalahh, buang-buang waktu hanya untuk hal seperti itu sementara kami perlu secepatnya untuk bisa mendapatkan bukti transfer dalam bentuk kertas. kami berdiskusi sebentar, melihat gerak-gerik kami yang gak jelas. warga dengan sarung serta kupluk khas Tengger dengan motornya menghampiri kami.

"Nyari siapa mas"
"Ini, mas saya mau cari yang bisa ngeprint dimana ya?"
"Tadi sih sudah ke rumah ibu Sri tapi ngga ada jawaban" timpal Agus.
"Iyaa, bu Sri sih"
"Dimana lagi mas kira-kira, ke Tumpang jauh ya"
"Yaa, ngga sih sejam lah naik motor pulang pergi"
"Ngebut" timpalnya lagi

mengharuskan saya dan Agus untuk kembali berdiskusi untuk seperti apa menyikapinya

"Ohh.. ini mass di sekolahan siapa tau bisa" ucap mas masnya
"bolehh mass, bisa antar"
"bisaa.. hayukk"
"bertiga?"
"hayukk"

diperjalanan saya lemparkan pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya saya mendapati informasi mengenai mas-nya agar dapat menyesuaikan nanti setelahnya saya harus apa terhadapnya.
dan dari pembicaraannya ternyata masnya ini adalah warga asli Ranupane, berprofesi sebagai ojek antar jemput pendaki yang tidak kebagian jeep dari Ranupane ke Malang, mas nya juga penyedia kendaraan jika ada rombongan yang ingin mengcarter kendaraan, mas nya juga sesekali menjadi porter jika memang ada yang perlu untuk di minta bantuannya prihal pendakian,
dengan begitu saya jadi tahu setelah ini saya harus memberinya uang prihal tumpangannya demi kami mendapatkan printer.

setibanya di sekolahan SD. yang memakan waktu 15-20 menitan kurang lebih.
kami disuruhnya menunggu, sehingga mas nya lah yang masuk untuk menanyakan prihal printer, gak lama datang dengan tergesa-gesa ia membawa kami lagi kembali.

"Gimana mas?"
"Ngga ada itu nya tuh apa tuh itu.. laptop"
"Sek kita balik lagi kerumah atas" kata masnya sambil membawa kami kembali ke tempat tadi
mas nya meyakinan kami untuk bisa pinjam laptop disalah satu rumah warga.

Ya.. tuhann sesekali saya merasakan rindu, rindu terhadap Desi yang saya tinggalkan

Waktu terus berjalan, kami dibawanya dengan hembusan angin desa Ranupane menjadikan rasa dingin ini dikalahkan dengan rasa cemas.
kembalinya kami ditempat tadi kami dihampiri mas mas ojek ini, melewati rumah ibu Sri, dan kami melihat pintu rumah ibu Sri terbuka, hal yang sama rupanya dengan mas mas ini, ia langsung membelokan motornya ke rumah ibu Sri, tanpa pikir panjang si mas nya pun memanggil ibu Sri dan langsung memasuki laman belakang bu Sri.
tak lama dari itu ibu-ibu dengan daster yang iya kenakan keluar dari dalam rumahnya disela-sela pembicaraan bahasa jawa dengan mas nya ibu-ibu itu yang diketahui bernama Sri akhirnya menghampiri kami. Alhamdulillah ya Tuhann sesekali saya merasakan rindu terhadap ibu Sri..

"Ibu sri.. Dimas bu.." memperkenalkan
"Agus bu.." Agus memperkenalkan diri juga,
harus begitu memang untuk menunjukan bahwa ciri khas orang Indonesia
"Gini bu, bisa tolong bu, mau numpang ngeprint boleh bu, lupa dari Jakarta hehe mau naik Semeru"
"Oh.. iya iya tapi gatau deh ini, coba sini.." bu Sri dengan ramah mengajaknya kami masuk untuk melihat keadaan komputer dan printernya yang sepertinya sedang ada masalah.
"Soalnya tadi mau ngeprint surat juga gak bisa, padahal ready printernya"
"Coba guss.. lu kan IT"
"Permisi yaa bu.." sapa Agus yang mendapati dirinya merasa tidak enak untuk duduk didepan komputer dan mengutak-atik komputernya
"Iya-iya silahkan, dicoba aja yaa" ibu Sri mempersilahkan lalu meninggalkan kami yang sedang khusyuk untuk bisa ngeprint dengan sesegera mungkin. tapi untuk hal ini ku serahkan pada Agus yang kesehariannya ngurusin jaringan komputer. ku dapati juga mas yang mengantar kami masih menunggu didepan rumah ibu Sri

"Dingin banget lerrrr ubinnya" keluh Agus
"haha iyaaak ini" saya sependapat dengannya

Waktu saat itu menunjukan jam 10.00. WIB.
Juangkrikkk jam dirumah ibu Sri ngacok cukkk..
"Jam berapa ler?"
"Mau jam 3 ler"

Waktu menunjukan jam 14.40 WIB dirumahnya bu Sri
Agus terus mengutak-atik setingan printernya pada komputer yang mendapati kendala 'printer drive is not use, please install printer drive' kaya gitulah kurang lebih bahasa komputer yang keluar.

"Coba ler cari CD Drivenya, tuh dilaci tuh cari aja"
"Ngga ada yakk"

Sampai pada akhirnya kami menemukan bahwa printer tersebut dapat melakukan fotocopy&scan, hingga muncul ide liar kami untuk memfotocopy screenshoot dari bukti pembayaran pada handphone. kendala pun ditemukan kembali yaitu hasil dari fotocopy tersebut tidak baik, dan terkadang kertas yang keluar hanya putih saja. kami coba berulang hingga menemukan celahnya. dan yaa lumayannn.. dari pada tidak sama sekali.





















Oke, kami pun kembali ke basecamp dengan membawa beberapa hasil usaha kami, tak lupa kami berterima kasih kepada ibu Sri yang sudah membantu kami, tak lupa juga jasa antar si mas mas ber sarung kami ucapkan terimakasih setelah kami beri ia selembar uang. kami tiba kembali di basecamp tepat jam 15.05 WIB. Saya memberikan selembar kertas bukti transfer ini dengan sedikit memelas dan sedikit cerita dibalik berjuangnya mendapatkan itu kepada petugas TNBTS. petugaspun menerimanya dengan sedikit tawa melihat hasil dari apa yang kita buat, ditambah Desi yang diketahui menyusul kami kebawah meminjam sepedah motor milik petugas.

"Si Mba nya nyusul mas nya" kata salah satu pendaki perempuan
"Nyusul?" tanya ku heran
"Iya tadi pinjem sepeda motorku sih" sahut salah satu petugas
"Tadi gak ketemu masnya dijalan?"
"Engga.."
aku melihat Agus, Agus melihat ku dan hanya ketawa.
sembari aku merapihkan carrier nya Desi yang terbuka

Yaa.. Tuhann sesekali aku merasakan Rindu terhadapmu Desss..

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar