Jumat, 22 Februari 2019

Sesekali Merasakan Rindu (2)

 "tuh mba nya mas" salah satu petugas memberitahu, saat terlihat seseorang wanita yang diyakini adalah Desi sedang menghampiri. dan benar itu adalah Desi dengan motor petugas yang ia pinjam, dan sepertinya juga ia sedang melawan dinginnya udara Ranupane bersama angin sore saat itu.

"dari mana kamu haha"
"ihh dingin tauuu"
"yalagian bukannya anteng aja"
"nyusulin kan, habis kamu lama, aku lihat disitu udah buka" sambil menujuk arah kios yang tutup sebelumnya
"takutnya kamu gak dapet disana"
"udah kok, ini dapet tapi haha fotocopy-an"
"ini mas, makasih ya masss" ucap desi kepada salah satu petugas yang ia pinjam motornya
"iya mbag sama-sama"

dan kami pun langsung diarahkan ke ruang briefing belakang kantor simaksi TNBTS. dikarnakan hari mendekati batas tutup registrasi pendakian.
saat itu pukul 15.16 WIB disana kami dijelaskan mengenai apa-apa saja yang perlu kami waspadai, serta peraturan dan larangan yang ada di gunung semeru, tak bosan-bosannya petugas memberitahui kami agar tidak memetik bunga edelweis, serta prihal sampah yang harus kita dibawa turun kembali, dan bisa di taruh pada bak sampah yang sudah disediakan didekat kantor simaksi. 15menit kurang lebihnya kami brifing disana untuk kemudian kami mulai melakukan aktifitas pendakian sore itu,
tak lupa kami berdoa agar diberi keselamatan, kesehatan, baik saat berangkat ini atau sampai pulang nanti, serta kondisi yang riang dan nyaman. agar kami mau terus mengulanginya. Aaminn



   Kami memulainya sore itu bersama janji agar dapat menempuh perjalanan dengan konstan dengan harapan bisa bertemu Ranukumbolo tidak terlalu malam, mengingat kondisi kami yang kurang istirahat terutama Desi yang belum terbiasa untuk melakukan pendakian langsung saat tiba tanpa adanya istirahat yang maksimal. karna biasanya Desi di pendakian pendakian sebelumnya selalu dapat istirahat H-1 sebelum memulai aktifitas pendakiannya, namun kali pertama ia harus mencobanya. Asyiaaapppp
3 pos harus kami lewati terlebih dahulu untuk sampai pada Ranukumbolo, Ranukumbolo pun ada dua Ranukumbolo 1, dan Ranukumbolo 2. kami sepakat juga untuk gelar tenda dan camp di Ranukumbolo 2 yang bertepatan langsung dengan tanjakan cinta.

"aman desss?" sembil sesekali ku tengok kebelakang untuk memastikannya,
tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya memang, sementara Agus masih tetap stabil di belakang saya dan Desi. 
di sepanjang jalur memang sering ku bertanya tiga, empat kali ku tanyakan hal yang sama
"aman ler?"
"aman.. anak mama anti narkoba" ucap Agus, mengingat kata-kata itu saat kami mendaki gunung cermai tahun lalu.
"coklat ngga?" sambil ku tengok sesekali, ternyata ku lihat mulutnya sudah diisi oleh coki-coki yang ia gigit. "sebentar lagi" kata ku.
hingga kami sampai pada Pos 1 saat itu pukul 16.50 WIB, yang kebetulan warga yang menjajakan jajanan di Pos 1 belum beranjak turun. hanya sedang siap siap beberes.
























seharga Rp.2500/ptg, cukup worth it sih dengan usaha dan tenaga yang ia pakai untuk memikul beberapa semangka dan jajanan lainnya agar bisa dinikmati para pendaki. yang tujuan utamanya sih ia adalah mencari rezeki lebih dari adanya para pendaki gunung semeru ini yang makin banyak peminatnya semenjak keluarnya film itu, dan ngga ada salahnya juga kita berbagi rezeki dengan membelinya. tak lama dari itu kami lekas bergegas kembali untuk menuju Pos 2 melihat hari semakin sore dan sesekali kabut turut andil menemai kami. sesekali aku merasakan rindu seperti saat-saat ini, 
terus kami berjalan menuju Pos 2, yang kami ingat adalah kami lupa makan siang sedari tadi kami berangkat.

"sampe Pos 2 kemsut aja dulu ler, gimana des?' tanya agus
"gausah nasi ahh" sahut Desi
"iya mie aja sama ngemil-ngemil" 
"Ngopi" tambah Agus

Hari mulai memasuki gelap dan kami tahu bahwa saat itu sedang magrib, saya menyuruh desi untuk berhenti sebentar untuk mengeluarkan headlamp yang ada di kepala carier sambil menunggu magrib selesai walaupun tidak terdengar adzan, tapi kami yakin bahwa saat itu sedang magrib.

"depanan lagi aja ler, nangung itu Pos 2"

kepalang nanggung saya dan Desi sudah melepas carier dan mengambil headlamp, tak lama kami melanjutkan perjalanan dan tiba di Pos 2 pukul  18.35 WIB

"assalamualaikum.. permisiii"
"kulonuon.."

hingga kami sedikit merundukan badan untuk bisa berada masuk didalam Pos 2 yang kondisinya memang setengah roboh, seperti yang sudah kami sepakati bersama bahwa kami akan makan di Pos 2. peralatan masak dan logistik pun kami keluarkan.

"nah kan terang.." setelah Agus taruh senter barunya ditengah tengah
"berguna juga kan ler" katanya,
"iye deh baruu, sambil ku berikan coklat untuk Desi sembari menunggu mie kami matang.

Agus mengeluarkan trangia-nya ..

"Pake kompor baru gua aja ler, ngetesss" kataku pamer tak mau kalah
"haha yaittt"
kami memasak mie goreng dan bakso, serta memasak air untuk kami seduhkan kopi.
"Kopi apa susu des?" tanya ku ke Desi
"Terserah" sambil khusyuk membuka bungkusan coklat merk beng-beng

kami menyebutnya dengan sebutan Mie Keliling;

[ dimana mie yang sudah matang entah berapa bungkusnya (menyesuaikan) ditempatkan hanya dengan 1 nesting/cooking set/wadah yang berisikan satu sendok. lalu dimakan secara bergiliran yang hanya dengan satu suapan di setiap orang yang mendapati jatah giliran, terus berulang hingg mie tersebut habis ]
Nb: Garpu sangat tidak dianjurkan, karna dapat menuai kontraversi

hingga terjadilah sesuatu yang merisaukan kami pada malam itu, ketika kami sedang ngobrol-ngobrol sembari makan, sesuatu dari atas jatuh menimpa seng dari atap Pos 2 yang cukup mengangetkan kami, karna suara itu seperti timpukan batu yang mungkin ukurannya bisa dibilang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga karna memang cukup keras. dan itu terjadi berulang 2-3 kali.

"asli ditimpuk ini mah ler" kata Agus dengan nada pelan
"yaudah yuk rapih-rapih yuk" sambil ku lihat Desi untuk memastikan bahwa ia dalam keadaan aman dan normal-normal saja.

Setelah kami merapihkan semua barang termasuk sampah, kami keluar dari Pos dengan merundukan badan seperti dimana kami masuk tadi, dan saya membatin dalam hati setelah saya lihat pohon dekat Pos 2 ini yang bisa saja perasaan tadi itu adalah buah dari pohon yang saya lihat ini.
(memang ada pohon sih, tapi pohonnya pun tidak berbuah.. masa iya rantingnya jatoh, kalo ranting bunyinya pun gak sekeras tadi yang seperti batu, oh oke fix.) kata ku membatin

"Oke yuk jalan yuk, makasih yaa assalamualikumm"
"walaikumsalamm.. daah" sebercanda itukah Agus..


   Malam semakin dingin, kabut mulai turun dan kami harus berdekatan dan saling menjaga jarak pandang serta langkah kaki yang konstan perlu kami imbangi. kami tiba di Pos 3 saat itu sekitar jam 8an entah tepatnya jam berapa saya lupa, dan saya juga lupa untuk mengambil gambar saat itu, tidak berlama-lama kami di Pos 3, pikiran kami sudah buyar ketika dari kejauhan kami lihat bayang-bayang lampu tenda dan danau Ranukumbolo memanggil. gelap memang saat itu, hanya saja saya yakin gelap itu yang saya lihat adalah wujud danau danau Ranukumbolo.
semakin menurun dari jalur Pos 3 semakin yakin bahwa kami sudah dekat. itu ku ucapkan kepada Desi agar lelahnya saat itu berubah menjadi energi.

"ini udah masuk danau Ranukumbolo juga" ucapku ke Desi yang saat itu memang kami sudah berada di Ranukumbolo 1
"masih jauh?"
"naik sedikit lagi, baru deh sampe" 
"bentar-bentar lupa nih gua" yang saat itu jarak pandang kami terbatas karna kabut yang turun di danau ranukumbolo 1 cukup tebal dan jalurnya yang lapang membuat saya bingung untuk lewat mana. hingga Desi kuliat mulai merundukan badan.
"disini aja dulu dah bentar, cari fokus dulu"
Aguspun merebahkan kerilnya dan mengarahkan senternya ke segala sisi untuk mendapati jalur yang bener-bener jelas arahnya. 5 menit sudah kami menahan dingin di Ranukumbolo 1, kami lanjutkan kembali
"pelan-pelan deh yuk"
"lewat sini kali ler" ucap Agus menerka jalan
"ada sampah sih ini" lanjut Agus
"masih baru sih ini" terlihat sampah tolak angin saat itu masih seperti baru, yang kemungkinan beberapa jam yang lalu ada orang yang melintas melewati jalur ini. kami terus berjalan dan menemukan kembali bungkusan madu rasa  dan jalur pun kembali familiar terhadapku untuk kemudian naik sedikit dan belok kekiri. mendapati jalan landai untuk kemudian turun mendapati suara gemericik air dan genset hasil dari warga lokal yang menghidupi kehidupan di danau Ranukumbolo. yap, kami telah tiba di danau Ranukumbolo 2, memang sudah ada beberapa tenda kelompok pendaki disana bahkan tak sedikit suara suara mereka terdengar saat kami melewatinya

"assalamualaikummmm" kataku kepada penghuni danau entah dalam wujud manusia ataupun yang tidak. "assalamualaikumm bangg.. mpoo.." diulanginya lagi oleh Agus.
"walaukumsalamm, ngopi ngopii..
"alaikumsalamm dari manaa banggg"
"kumsalam awass tali tenda nyandung"
"haha iyaa bang"
aneh-aneh memang tak banyak juga yang hanya diam lebih memilih khusyuk mengintimkan diri dengan malam bersama Ranukumbolo.

Oh, Ranu sesekali ku merasakan rindu bersama mu kembali..

"belah sini ler, rata"
"yait pas lah yaa nanti pagi dibangunin sama mataharinya ranu"

   Tak ada sunrise pagi itu, tapi mengharuskan saya untuk menyadarkan diri bahwa pagi ini saya tengah berada di danau Ranukumbolo. sementara Desi keluar untuk kencing dan agus yang sudah mulai menyiapkan kompor untuk memasak kopi, saya pun merapihkan sleeping bag agar lebih leluasa. suasana riuh dari kelompok pendaki lain pun mulai terdengar, kabut perlahan membuka permukaan danau bersamaan dengan hisapan rokok dan seruputan kopi kami pagi itu.
saat itu pukul 06.30 WIB kami mencoba untuk keluar dari tenda, terutama Desi yang begitu antusias, maka ku biarkan saja ia jalan-jalan sendiri mengitari Ranu, layaknya seperti anak kecil yang diajak ke sebuah mall dan dilepas di arena bermain. tau kan yang mall mall itu? yang ada mandi bolanya- gabus-gabus, prosotan dan trampolinnya? yang sementara ibunya asik belanja dan bapaknya berada di mesin pijat sewaan dekat arena bermain si anak. yaa seperti itulah kira-kira.
saya dan Agus masih khusyuk terduduk dekat tenda dengan mata yang amat cantik pagi itu, sampai kami di sapa oleh pendaki lain yang mungkin sama hal nya dengan kami, mencoba beradaptasi dengan ranu pagi itu dan akhirnya yaa kami berbincang dengannya, tak terasa matahari mulai memunculkan wujudnya dihadapan kami, saya permisi untuk menghampiri Desi karna nampak terlihat dari jauh Desi seperti memberi kode agar saya menghampirinya, ah, sudah tau aku apa maunya, tidak lain adalah untuk memfoto dirinya..sudah ku tebak hmm

     

Terimakasih ranu kau begitu ramah pagi ini, tetap seperti ini hingga kami kembali lagi setelah kami jumpa mahameru, tak lama dari situ kami pun mempersiapkan makanan guna menambah energi, sekaligus mengurangi berat yang ada pada keril kami, "4 sehat 5 gapapa", nasi, telur dadar, tempe, jamur crispy bersama sayur sop kami makan untuk isi perut kami, buah apel khas malang sebagai penutup, rokok juga deng hehe. itulah yang dimaksud "gapapanya" itu tadi.
setelah itu kami bersiap untuk packing kembali dan melanjutkan perjalanan menuju batas pendakian terakhir yaitu Kalimati. karna disebutkan dalam brifing di Pos simaksi Ranupane sebelumnya batas pendakian hanya sampai pada Kalimati, bagi para pendaki yang ingin melanjutkan perjalanan sampai puncak pendakian, yaitu Mahameru. pihak TNBTS mempersilahkan hanya saja pihak TNBTS tidak bertanggung jawab atas apa-apa yang terjadi diatas. maka dari itu petugas hanya menghimbau keadaan puncak terakhir, jalur menuju puncak, dan hal-hal yang harus diwaspadai / dihindari saat berada di perjalanan menuju pucak atau bahkan diatas puncak. 




"foto dulu mas kita bertiga" ajak Desi
"siapa yang motoin" celingak celinguk nyariin orang
"suruh mba-mbanya yang tadi des, minta tolong" kata agus
dan akhirnya mbanya pun mau, ya harus maulah dari pada dikatain pelit dan sombong sama netijen


"teh, aku sama teteh foto dong"
"iya iya yukk" kata Desi dengan semangat
"sini sini" sambil ku raih camera nya
"instagramnya apa? nanti di tag hehee" basian jomblo akut si Agus

artis sia teh?
"makasih yaa mbaa"
"iyaa samasama, hati-hati teh" ucap mbanya, kayaknya sih orang sunda
"iyah, ketemu ya" 
"tenda warna merah, naturehikee" kode agus dari jauh hahaha
kami pun melanjutkan perjalanan dengan menjejaki tanjakan cinta, yang mitosnya adalah jika kita sebut sebut nama seseorang yang kita sukai/cintai dalam perjalanan ditanjakan cinta ini tanpa menoleh kebelakang, niscaya keinginan kita (cinta kita) terhadap orang itu akan terwujud. katanya sih. 

"lu sebut nama siapa ler?" ku tanya Agus sembari berjalan 
"wanita yang sudah bersama polisi itu? HAHA" sambung ku lagi
"HAHAHA taee" sambil geleng-gelengin kepala 

semangat ler!

tambah speednya

dengan muka-muka lelah dan hati yang khawatir kami sudah berada diatas bukit tanjakan cinta, saat itu kurang lebih pukul 11.00 WIB. mengharuskan kami merebahkan diri sejenak bersandar pohon besar. termasuk mengganti sepatu saya yang memang sudah tidak bisa lagi dipaksa untuk melangkah karna tapak pada sepatu lepas dengan arogan. tak ada akal-akalan untuk mengakalinya agar tetap bisa dipakai. mengharuskan saya untuk memakai sendal wirosableng milik Desi. karna sendal saya sendal jepit yang memang tapaknya sudah halus. yaa mau gimana walaupun kekecilan suka ngga suka, senang tidak senang harus saya pakai. sepatu pun langsung saya bungkus untuk saya packing kembali kedalam keril. dan kami melanjutkan perjalanan agar sampai tidak terlalu sore, apalagi gelap.

porter 

oro-oro ombo sedang tidak ungu

kami milih untuk melewati atas oro-oro ombo, karna nampaknya akan terasa licin jika saya turun menelusuri oro-oro ombo dengan sendal yang saya pakai ini. percuma melewati oro-oro ombo yang sedang tidak mekar (ungu) untuk apa juga, kurang bagus juga untuk difoto.
perjalanan cukup santai dengan jalur yang cenderung landai tak terasa membawa kami sampai pada Cemoro Kandang. saat itu pukul 11.30 WIB, kami tak melihat ada bau-bau semangka disana. beberapa kali kami berpapasan dengan kelompok pendaki lain baik sama-sama ingin naik dan ada pula yang ingin turun. ku tanyakan gimana keadaan puncak sebelumnya, ku tanyakan kondisi cuaca, ku tanyakan ketersediaan air di Sumbermani, ku tanyakan ada berapa tenda di Kalimati, ku tanyakan merk apa saja tendanya, ku tanyakan makan apa kalian disana, ku tanyakan upah buruh jabodetabek, ku tanyakan ada tukang semangka apa tidak, ku tanyakan lowongan pekerjaan, ku tanyakan jokowi atau prabowo, ku tanyakan harga ojek online dari sini kesana, ku tanyakan kabar pacarnya, ku tanyakan ibu bapaknya ah banyak lah pokoknya. keren keren kalian, aku rindu kalo kata dilan.




Bersambung...


Selasa, 29 Januari 2019

Sesekali Merasakan Rindu (1)

   Sebelum memasuki cerita pada sebuah tulisan ini, saya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru 2019, gapapa telat 29 hari bodo amat. yang penting masih diawal Januari dari pada ngga sama sekali nanti disangkanya apatis terhadap sosial lagi. Semoga apa-apa saja yang sudah kalian lalui di tahun sebelumnya menjadi lebih baik lagi di Tahun 2019 ini, 
yang tadinya jomblo menjadi berpasangan
yang tadinya berpasangan menjadi pernikahan
yang sudah menikah mendapakan momongan
yang tadinya nganggur mendapakan pekerjaan
yang sudah kerja diperpanjang kontraknya
yang putus kontrak mendapatkan pekerjaan kembali
yang udah kerja trus gak betah semoga di terima resign-nya
yang jatahnya cuti di approve cutinya
yang tadinya gak punya uang menjadi banyak uangnya
yang udah banyak uangnya menjadi lebih sering sedekahnya
yang tadinya ngerokok menjadi berhenti ngerokok
yang tadinya konsumsi alkohol menjadi minum air putih
yang tadinya minum air putih menjadi konsumsi alkohol hehe
yang tadinya ganja ilegal menjadi legal
yang tadinya gak ibadah menjadi rajin ibadah
yang tadinya rajin ibadah menjadi lebih rajin ibadahnya
yang tadinya suka nonton bokep jadi mempraktekannya langsung
hehe sama pasangan yang halal maksudnya
yang tadinya suka naik gunung jadi gak suka naik gunung (biar gak rame)
yang tadinya suka metik edelweis menjadi viral
yang tadinya vandalisme jadi seniman 
dan hal-hal lain yang menjadikan kalian resolusi ditahun ini tentunya yang baik-baik juga bagi kalian dan lingkungan sekitar semoga didengar oleh sang maha kuasa, aminn

Satu lagi, di tanggal ini 29 Januari ini saya ingin mengucapkan Selamat kepada saudari Desi Rosyati
Selamat atas 1064hari nya yang sudah mau-maunya melalui itu semua bersama-sama baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih, kamu sungguh luar biasa.. jadi pengen peluk tapi jauh.

Mari kita mulai..
Yup, sesuai judulnya, kali ini akan saya ceritakan perjalanan saya ke puncak menarinya para dewa.

   Perjalananku ke Semeru untuk ke-sekian kalinya, kali ini ditemani sang kekasih Desi Rosyati juga di temani seorang porter handal Agus Supri haha engga deng, Agus itu temen satu sekolah ku dulu hingga sekarang jadi teman jalan. gak penting sih bahas dia terlalu dalam.
tepat pada Cuti kerjaku periode-1 ku ambil pada bulan November 2018, hanya saja ku sudah meninggalkan site office Batang pada 30 September 2018, seperti yang sudah ku ceritakan pada postingan tulisanku sebelumnya saat dimana hari sebelum keberangkatan kami menuju malang, begitu sibuknya menjadikan diri layaknya menjadi Gojek.

kami bertiga sampai St. Pasar Senen pada 30 September 2018, 14.45 WIB.
cukuplah untuk menukar tiket, beli cemilan dan merokok sebatang saat itu sebelum memasuki kereta api mataremaja. perjalanan tertera pada lembar tiket kurang lebih 15jam
jauh-jauh sebelum kami memutuskan untuk memilih kereta apa yang akan kami pilih sebagai transport kami Jakarta-Malang ada beberapa point yang harus kami pertimbangkan. yaitu;
1. Harga
2. Klass/kenyamanan
3. Sosialisasi
4. Waktu tiba

dan mataremaja mencangkup kesemua itu, soal harga, kenyamanan dan juga waktu tiba pun menurut kami mataremajalah yang paling tepat diantara kereta yang lainnya. asal.....ada asalnya tapi...
asal kalau beli 2kursi /orang hehee. Yup, kami jadi beli 6tiket untuk 3orang.
kalau dipikir-pikir yaa lebih baik seperti itu. kami ambil yang ekonomi seharga 115.000 dengan membeli 2 tiket per orang menjadi 230.000 dengan harapan bisa tidur selonjoran, bisa naruh tas carrier dengan leluasa tanpa rebutan slot tempat, serta mendapati rombongan pendaki juga agar bisa share cost untuk jeep dan juga sampai tujuan pagi hari agar bisa langsung melakukan pendakian sebelum sore hari. dibandingkan kami harus membeli yang kelas Ekonomi bisnis/ Bisnis dengan harga diatas 2tiketnya mataremaja pastinya, itupun tetep saja gak bisa selonjoran kan. dan waktu tiba di Malang pun tidak setepat/sesuai dengan kepentingan kami untuk mendaki mahameru yang sudah kami rancang sebelumnya. dengan harapan bisa bertemu pendaki lain yang memang belum dapat jeep dari Malang menuju Ranupane ternyata nihil.
memang banyak pendaki saat itu kami jumpa baik di kereta maupun di Malang, akan tetapi mereka semua sudah berombongan dan sudah mencarter jeep pula, alhasil kami hanya sampaikan 'oke mas, sampai bertemu di sana' dan kami pun tetap bertiga. Enjor sirrr.


   Cukuplah untuk mencari sarapan dekat St. Malang, yang sebelumnya kami disambut oleh Pak Edi pengemudi angkutan kota Malang yang akan mengantarkan kami ke basecamp jeep milik mas Pras yang sebelumnya kami sudah menghubungi prihal kunjungan kami ke Semeru. berhubung Malang mempunyai cara sendiri untuk saling berbagi rezeki terhadap sesama. mas Pras memberitahui kami juga prihal yang menjemput kami di Stasiun yaa si pak Edi itu,

"nanti sampean dijemput pak edi di stasiun, karna kan jeep gak boleh sampe stasiun mas perarturannya jadi.. nanti sama angkutan yaa kesininya, jam berapa sampe?"
"oh.. iya mas, gapapa, ini udah mau sampe sih sudah di rumah yang warna warni"
"oke, siap. nanti tak sms nomer'e pak edi yoo, maaf nih gak bisa jemput langsung"
"siap mass"
"oiya nanti itu pak Edinya ndak usah sampean tanyai tarif kesini, itu sudah sama saya, kasih rokok aja mas.."
"oke mas" lalu telepon dimatikan.

Jeep untuk perjalanan dari St.Malang - Ranupani kami dicharge 600.000 untuk sekali antar.
sengaja kami bilang ke mas Pras saat itu hanya diantarkan, toh kami berharap kembali dapet barengan pulangnya untuk sharecost agar dapat hemat . karna rencana kami saat itu juga mau mampir ke Bromo. lagi pula, toh kalau memang tidak mendapati barengan kami bisa langsung mengkontak mas Pras agar dijemput.

Oke, kami disarankan untuk sarapan terlebih dahulu, warung makan nasi pun ditunjukannya oleh pak Edi

"Iki cah-cah arep sarapan yuu.. " ucap pak Edi kepada mba mba penjual warung nasi
"Wis yo mas tak tinggal, sarapan sek, kalem" pak Edi meyakinkan

Pak Edi pun kami ajak untuk juga sarapan hanya saja dia bilang sudah sarapan dirumah. kami hanya menanyakan rokoknya apa dan membelikannya sesuai dengan perintah mas Pras tadi dalam telepon. walaupun pak Edi menolak tapi kami harus memaksanya, agar kami dapat enak hati untuk merepotkannya selama kami denganya_
Setelah nasi tahu campur dan teh anget memasuki perut kami, kamipun menyegerakan pak Edi untuk melangsungkan perjalanan menuju rumah mas Pras, yang akrab di sebut basecamp mas Pras. pak Edi pun tak bosan-bosannya menanyakan kelengkapan kami termasuk syarat-syarat pendakian yang berhubungan dengan Simaksi, seperti fotocopy KTP, surat sehat, form simaksi, bukti pembayaran serta kelengkapan logistik. yang mengharuskan kami untuk meminta antar ke pasar sayur terdekat dengan sejalannya kami menuju rumah mas Pras.




Setelah sibuk menimbang-nimbang apa-apa saja yang perlu kita beli untuk menjadikannya ketahanan pangan kami di gunung Semeru dalam beberapa hari kedepan, kami masih perlu mencari beberapa kebutuhan seperti spirtus, polybag, talirafia, dan senter yang saat itu Agus kawan kami sadar akan dirinya yang lupa bawa, seperti halnya saya yang lupa mengeprint bukti pembayaran simaksi. dengan harapan di Basecamp Ranupane ada printer ataupun bisa dengan cara menunjukan bukti transfernya lewat handphone saja. menyepelekan memang, yang ini tak perlu kalian tiru.

akhirnya ini itu selesai dengan tibanya kami di rumah mas Pras yang kebetulan pula mas Pras nya sudah jalan keluar untuk membetulkan jeepnya info dari sang istri. kami packing ulang dirumah mas pras, menitipkan sebagian pakaian yang menurut kami tak perlu kami bawa, shalat dzuhur dilakukan Desi seorang hehe karna bagi saya melakukan perjalanan naik gunung termasuk musafir jadi sholat gak sholat yang penting percaya akan adanya Tuhan yang akan menjaga kita. yaa.. diwakilkan lah yaa, setidaknya ada satu dari salah satu tim yang menjalankan sholat hehe. yang ini juga gak wajib di tiru sih
setelahnya, kami pun melakukan perjalanan menggunakan jeep merah di supiri oleh kawannya mas Pras yang saya lupa namanya. lagi-lagi kami merepotkannya untuk berhenti sejenak di pasar Tumpang untuk membeli tembakau. dan perjalanan dilanjukan kembali menuju Desa Ranupane, desa terakhir menuju pendakian gunung Semeru.
saat itu pukul 12.00 WIB kami start jalan menuju Ranupane.






Kami tiba Ranupane pukul 13.14 WIB dengan dingin dibadan berjalan sedikit menghampiri basecamp untuk mengurusi yang namanya Simaksi. Basecamp Ranupane buka pukul 09.00-16.00 selebih dari itu silahkan harap-harap cemas anda untuk menunggu keesokan harinya agar bisa melakukan start pendakian. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memang cukup ketat dan ribet untuk urusan izin pendakian dari taman nasional lainnya, mungkin itu dikarnakan beberapa keadaan yang menimpa gunung Semeru belakangan ini dari kotornya air danau, sampah yang mengunung, rusaknya tanaman dan habitatnya, banyak yang bilang gunung Semeru terkena dampak dari salah satu Film. maka dari itu petugas TNBTS lebih menerapkan sistem yang kini sudah dirancang untuk lebih mengedepankan pengetahuan dalam mendaki dan menjadikan para pendaki agar tidak menyepelekan hal-hal kecil sedikitpun. karna dari hal kecil dapat menjadikannya hal yang berdampak besar atau fatal sekalipun.

Termasuk hal yang kami sepelekan saat kami lupa mengeprint bukti pembayaran Simaksi, selebihnya kami lengkap dan sudah kami serahkan, akan tetapi bukti pembayaran kami pun tetap dimintanya, dan tidak dapat di perlihatkan hanya dari handphone saja.
lalu kami menanyakan dimana kami dapat mengeprint kepada petugas, hanya saja saat itu di dekat basecamp kios yang bisa menerima jasa print tutup. oke, kami disuruh turun tempat dimana kami diturunkan jeep tadi, yaitu di parkiran bawah batas pengantaran kendaraan.
saya lihat jam saat itu pukul 13.40 WIB. waktu yang ideal sebenarnya untuk memulai pendakian hanya saja kami masih terlibat dalam urusan administrasi.
hingga akhirnya saya dan Agus berjalan mencari rumah warga yang disapa Ibu Sri, sedangkan Desi menunggu di Basecamp. Rumah ibu Sri direkomendasikan juga oleh petugas. karna dirumah ibu Sri itulah satu-satunya rumah yang mendapati printer. menerka-nerka dengan tembok warna putih yang pagarnya hitam, 3 rumah dari Greja. itulah yang kami dapat keterangan bahwa itu adalah rumahnya ibu Sri. setelah bertemu Greja kami mengitung rumah satu.. dua.. tiga.. sampai yang diyakinkan bahwa itu adalah rumah ibu Sri, kami hampiri, kami ketuk, kami panggil nama ibu Sri berulang kali tak ada jawaban. sekitar 10menit kami disana. melihat tidak ada respon, kami meyakinkan kembali dengan bertanya kepada seorang bocah yang sedang bermain. dan mereka pun bilang bahwa memang benar rumah itu adalah rumah ibu Sri.
akhirnya saya dan Agus memutuskan untuk berjalan kembali menghampiri toko yang menjual makanan juga merentalkan alat-alat pendakian dengan harapan disana ada printer. dan ternyata tidak ada, kami berjalan lagi menanyakan warga dimana kami dapat bertemu dengan yang namanya printer. suatu pencerahan kembali terjadi ketika salah satu warga yang kami tanyai itu menjawab bahwa didepan rumah bertembok orange yang pagernya sedang ada karpet yang dijemur disana ada printer. oke, kamipun menghampiri dengan harapan yang kalian pasti tau apa harapan kami saat itu tanpa perlu saya tulis. dan ternyata rumah itu kembali kosong. sudah setengah jam kami habiskan waktu, sementara yang ada dipikiranku adalah batas simaksi yang sudah mau tutup. di pikiran Agus adalah gak mungkin untuk menunggu sehari lagi, dan bisa saya tebak juga adalah pikiran Desi yang menahan dingin di Ranupane yang cemas akan kami yang tidak juga mendapatkan printer.

Kami pun kembali menuju Ranupani, hanya saja kami berhenti di belokan jalan. saya dan Agus foto-foto. hahaha yaa nggalahh, buang-buang waktu hanya untuk hal seperti itu sementara kami perlu secepatnya untuk bisa mendapatkan bukti transfer dalam bentuk kertas. kami berdiskusi sebentar, melihat gerak-gerik kami yang gak jelas. warga dengan sarung serta kupluk khas Tengger dengan motornya menghampiri kami.

"Nyari siapa mas"
"Ini, mas saya mau cari yang bisa ngeprint dimana ya?"
"Tadi sih sudah ke rumah ibu Sri tapi ngga ada jawaban" timpal Agus.
"Iyaa, bu Sri sih"
"Dimana lagi mas kira-kira, ke Tumpang jauh ya"
"Yaa, ngga sih sejam lah naik motor pulang pergi"
"Ngebut" timpalnya lagi

mengharuskan saya dan Agus untuk kembali berdiskusi untuk seperti apa menyikapinya

"Ohh.. ini mass di sekolahan siapa tau bisa" ucap mas masnya
"bolehh mass, bisa antar"
"bisaa.. hayukk"
"bertiga?"
"hayukk"

diperjalanan saya lemparkan pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya saya mendapati informasi mengenai mas-nya agar dapat menyesuaikan nanti setelahnya saya harus apa terhadapnya.
dan dari pembicaraannya ternyata masnya ini adalah warga asli Ranupane, berprofesi sebagai ojek antar jemput pendaki yang tidak kebagian jeep dari Ranupane ke Malang, mas nya juga penyedia kendaraan jika ada rombongan yang ingin mengcarter kendaraan, mas nya juga sesekali menjadi porter jika memang ada yang perlu untuk di minta bantuannya prihal pendakian,
dengan begitu saya jadi tahu setelah ini saya harus memberinya uang prihal tumpangannya demi kami mendapatkan printer.

setibanya di sekolahan SD. yang memakan waktu 15-20 menitan kurang lebih.
kami disuruhnya menunggu, sehingga mas nya lah yang masuk untuk menanyakan prihal printer, gak lama datang dengan tergesa-gesa ia membawa kami lagi kembali.

"Gimana mas?"
"Ngga ada itu nya tuh apa tuh itu.. laptop"
"Sek kita balik lagi kerumah atas" kata masnya sambil membawa kami kembali ke tempat tadi
mas nya meyakinan kami untuk bisa pinjam laptop disalah satu rumah warga.

Ya.. tuhann sesekali saya merasakan rindu, rindu terhadap Desi yang saya tinggalkan

Waktu terus berjalan, kami dibawanya dengan hembusan angin desa Ranupane menjadikan rasa dingin ini dikalahkan dengan rasa cemas.
kembalinya kami ditempat tadi kami dihampiri mas mas ojek ini, melewati rumah ibu Sri, dan kami melihat pintu rumah ibu Sri terbuka, hal yang sama rupanya dengan mas mas ini, ia langsung membelokan motornya ke rumah ibu Sri, tanpa pikir panjang si mas nya pun memanggil ibu Sri dan langsung memasuki laman belakang bu Sri.
tak lama dari itu ibu-ibu dengan daster yang iya kenakan keluar dari dalam rumahnya disela-sela pembicaraan bahasa jawa dengan mas nya ibu-ibu itu yang diketahui bernama Sri akhirnya menghampiri kami. Alhamdulillah ya Tuhann sesekali saya merasakan rindu terhadap ibu Sri..

"Ibu sri.. Dimas bu.." memperkenalkan
"Agus bu.." Agus memperkenalkan diri juga,
harus begitu memang untuk menunjukan bahwa ciri khas orang Indonesia
"Gini bu, bisa tolong bu, mau numpang ngeprint boleh bu, lupa dari Jakarta hehe mau naik Semeru"
"Oh.. iya iya tapi gatau deh ini, coba sini.." bu Sri dengan ramah mengajaknya kami masuk untuk melihat keadaan komputer dan printernya yang sepertinya sedang ada masalah.
"Soalnya tadi mau ngeprint surat juga gak bisa, padahal ready printernya"
"Coba guss.. lu kan IT"
"Permisi yaa bu.." sapa Agus yang mendapati dirinya merasa tidak enak untuk duduk didepan komputer dan mengutak-atik komputernya
"Iya-iya silahkan, dicoba aja yaa" ibu Sri mempersilahkan lalu meninggalkan kami yang sedang khusyuk untuk bisa ngeprint dengan sesegera mungkin. tapi untuk hal ini ku serahkan pada Agus yang kesehariannya ngurusin jaringan komputer. ku dapati juga mas yang mengantar kami masih menunggu didepan rumah ibu Sri

"Dingin banget lerrrr ubinnya" keluh Agus
"haha iyaaak ini" saya sependapat dengannya

Waktu saat itu menunjukan jam 10.00. WIB.
Juangkrikkk jam dirumah ibu Sri ngacok cukkk..
"Jam berapa ler?"
"Mau jam 3 ler"

Waktu menunjukan jam 14.40 WIB dirumahnya bu Sri
Agus terus mengutak-atik setingan printernya pada komputer yang mendapati kendala 'printer drive is not use, please install printer drive' kaya gitulah kurang lebih bahasa komputer yang keluar.

"Coba ler cari CD Drivenya, tuh dilaci tuh cari aja"
"Ngga ada yakk"

Sampai pada akhirnya kami menemukan bahwa printer tersebut dapat melakukan fotocopy&scan, hingga muncul ide liar kami untuk memfotocopy screenshoot dari bukti pembayaran pada handphone. kendala pun ditemukan kembali yaitu hasil dari fotocopy tersebut tidak baik, dan terkadang kertas yang keluar hanya putih saja. kami coba berulang hingga menemukan celahnya. dan yaa lumayannn.. dari pada tidak sama sekali.





















Oke, kami pun kembali ke basecamp dengan membawa beberapa hasil usaha kami, tak lupa kami berterima kasih kepada ibu Sri yang sudah membantu kami, tak lupa juga jasa antar si mas mas ber sarung kami ucapkan terimakasih setelah kami beri ia selembar uang. kami tiba kembali di basecamp tepat jam 15.05 WIB. Saya memberikan selembar kertas bukti transfer ini dengan sedikit memelas dan sedikit cerita dibalik berjuangnya mendapatkan itu kepada petugas TNBTS. petugaspun menerimanya dengan sedikit tawa melihat hasil dari apa yang kita buat, ditambah Desi yang diketahui menyusul kami kebawah meminjam sepedah motor milik petugas.

"Si Mba nya nyusul mas nya" kata salah satu pendaki perempuan
"Nyusul?" tanya ku heran
"Iya tadi pinjem sepeda motorku sih" sahut salah satu petugas
"Tadi gak ketemu masnya dijalan?"
"Engga.."
aku melihat Agus, Agus melihat ku dan hanya ketawa.
sembari aku merapihkan carrier nya Desi yang terbuka

Yaa.. Tuhann sesekali aku merasakan Rindu terhadapmu Desss..

Bersambung....