Jumat, 22 Februari 2019

Sesekali Merasakan Rindu (2)

 "tuh mba nya mas" salah satu petugas memberitahu, saat terlihat seseorang wanita yang diyakini adalah Desi sedang menghampiri. dan benar itu adalah Desi dengan motor petugas yang ia pinjam, dan sepertinya juga ia sedang melawan dinginnya udara Ranupane bersama angin sore saat itu.

"dari mana kamu haha"
"ihh dingin tauuu"
"yalagian bukannya anteng aja"
"nyusulin kan, habis kamu lama, aku lihat disitu udah buka" sambil menujuk arah kios yang tutup sebelumnya
"takutnya kamu gak dapet disana"
"udah kok, ini dapet tapi haha fotocopy-an"
"ini mas, makasih ya masss" ucap desi kepada salah satu petugas yang ia pinjam motornya
"iya mbag sama-sama"

dan kami pun langsung diarahkan ke ruang briefing belakang kantor simaksi TNBTS. dikarnakan hari mendekati batas tutup registrasi pendakian.
saat itu pukul 15.16 WIB disana kami dijelaskan mengenai apa-apa saja yang perlu kami waspadai, serta peraturan dan larangan yang ada di gunung semeru, tak bosan-bosannya petugas memberitahui kami agar tidak memetik bunga edelweis, serta prihal sampah yang harus kita dibawa turun kembali, dan bisa di taruh pada bak sampah yang sudah disediakan didekat kantor simaksi. 15menit kurang lebihnya kami brifing disana untuk kemudian kami mulai melakukan aktifitas pendakian sore itu,
tak lupa kami berdoa agar diberi keselamatan, kesehatan, baik saat berangkat ini atau sampai pulang nanti, serta kondisi yang riang dan nyaman. agar kami mau terus mengulanginya. Aaminn



   Kami memulainya sore itu bersama janji agar dapat menempuh perjalanan dengan konstan dengan harapan bisa bertemu Ranukumbolo tidak terlalu malam, mengingat kondisi kami yang kurang istirahat terutama Desi yang belum terbiasa untuk melakukan pendakian langsung saat tiba tanpa adanya istirahat yang maksimal. karna biasanya Desi di pendakian pendakian sebelumnya selalu dapat istirahat H-1 sebelum memulai aktifitas pendakiannya, namun kali pertama ia harus mencobanya. Asyiaaapppp
3 pos harus kami lewati terlebih dahulu untuk sampai pada Ranukumbolo, Ranukumbolo pun ada dua Ranukumbolo 1, dan Ranukumbolo 2. kami sepakat juga untuk gelar tenda dan camp di Ranukumbolo 2 yang bertepatan langsung dengan tanjakan cinta.

"aman desss?" sembil sesekali ku tengok kebelakang untuk memastikannya,
tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya memang, sementara Agus masih tetap stabil di belakang saya dan Desi. 
di sepanjang jalur memang sering ku bertanya tiga, empat kali ku tanyakan hal yang sama
"aman ler?"
"aman.. anak mama anti narkoba" ucap Agus, mengingat kata-kata itu saat kami mendaki gunung cermai tahun lalu.
"coklat ngga?" sambil ku tengok sesekali, ternyata ku lihat mulutnya sudah diisi oleh coki-coki yang ia gigit. "sebentar lagi" kata ku.
hingga kami sampai pada Pos 1 saat itu pukul 16.50 WIB, yang kebetulan warga yang menjajakan jajanan di Pos 1 belum beranjak turun. hanya sedang siap siap beberes.
























seharga Rp.2500/ptg, cukup worth it sih dengan usaha dan tenaga yang ia pakai untuk memikul beberapa semangka dan jajanan lainnya agar bisa dinikmati para pendaki. yang tujuan utamanya sih ia adalah mencari rezeki lebih dari adanya para pendaki gunung semeru ini yang makin banyak peminatnya semenjak keluarnya film itu, dan ngga ada salahnya juga kita berbagi rezeki dengan membelinya. tak lama dari itu kami lekas bergegas kembali untuk menuju Pos 2 melihat hari semakin sore dan sesekali kabut turut andil menemai kami. sesekali aku merasakan rindu seperti saat-saat ini, 
terus kami berjalan menuju Pos 2, yang kami ingat adalah kami lupa makan siang sedari tadi kami berangkat.

"sampe Pos 2 kemsut aja dulu ler, gimana des?' tanya agus
"gausah nasi ahh" sahut Desi
"iya mie aja sama ngemil-ngemil" 
"Ngopi" tambah Agus

Hari mulai memasuki gelap dan kami tahu bahwa saat itu sedang magrib, saya menyuruh desi untuk berhenti sebentar untuk mengeluarkan headlamp yang ada di kepala carier sambil menunggu magrib selesai walaupun tidak terdengar adzan, tapi kami yakin bahwa saat itu sedang magrib.

"depanan lagi aja ler, nangung itu Pos 2"

kepalang nanggung saya dan Desi sudah melepas carier dan mengambil headlamp, tak lama kami melanjutkan perjalanan dan tiba di Pos 2 pukul  18.35 WIB

"assalamualaikum.. permisiii"
"kulonuon.."

hingga kami sedikit merundukan badan untuk bisa berada masuk didalam Pos 2 yang kondisinya memang setengah roboh, seperti yang sudah kami sepakati bersama bahwa kami akan makan di Pos 2. peralatan masak dan logistik pun kami keluarkan.

"nah kan terang.." setelah Agus taruh senter barunya ditengah tengah
"berguna juga kan ler" katanya,
"iye deh baruu, sambil ku berikan coklat untuk Desi sembari menunggu mie kami matang.

Agus mengeluarkan trangia-nya ..

"Pake kompor baru gua aja ler, ngetesss" kataku pamer tak mau kalah
"haha yaittt"
kami memasak mie goreng dan bakso, serta memasak air untuk kami seduhkan kopi.
"Kopi apa susu des?" tanya ku ke Desi
"Terserah" sambil khusyuk membuka bungkusan coklat merk beng-beng

kami menyebutnya dengan sebutan Mie Keliling;

[ dimana mie yang sudah matang entah berapa bungkusnya (menyesuaikan) ditempatkan hanya dengan 1 nesting/cooking set/wadah yang berisikan satu sendok. lalu dimakan secara bergiliran yang hanya dengan satu suapan di setiap orang yang mendapati jatah giliran, terus berulang hingg mie tersebut habis ]
Nb: Garpu sangat tidak dianjurkan, karna dapat menuai kontraversi

hingga terjadilah sesuatu yang merisaukan kami pada malam itu, ketika kami sedang ngobrol-ngobrol sembari makan, sesuatu dari atas jatuh menimpa seng dari atap Pos 2 yang cukup mengangetkan kami, karna suara itu seperti timpukan batu yang mungkin ukurannya bisa dibilang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga karna memang cukup keras. dan itu terjadi berulang 2-3 kali.

"asli ditimpuk ini mah ler" kata Agus dengan nada pelan
"yaudah yuk rapih-rapih yuk" sambil ku lihat Desi untuk memastikan bahwa ia dalam keadaan aman dan normal-normal saja.

Setelah kami merapihkan semua barang termasuk sampah, kami keluar dari Pos dengan merundukan badan seperti dimana kami masuk tadi, dan saya membatin dalam hati setelah saya lihat pohon dekat Pos 2 ini yang bisa saja perasaan tadi itu adalah buah dari pohon yang saya lihat ini.
(memang ada pohon sih, tapi pohonnya pun tidak berbuah.. masa iya rantingnya jatoh, kalo ranting bunyinya pun gak sekeras tadi yang seperti batu, oh oke fix.) kata ku membatin

"Oke yuk jalan yuk, makasih yaa assalamualikumm"
"walaikumsalamm.. daah" sebercanda itukah Agus..


   Malam semakin dingin, kabut mulai turun dan kami harus berdekatan dan saling menjaga jarak pandang serta langkah kaki yang konstan perlu kami imbangi. kami tiba di Pos 3 saat itu sekitar jam 8an entah tepatnya jam berapa saya lupa, dan saya juga lupa untuk mengambil gambar saat itu, tidak berlama-lama kami di Pos 3, pikiran kami sudah buyar ketika dari kejauhan kami lihat bayang-bayang lampu tenda dan danau Ranukumbolo memanggil. gelap memang saat itu, hanya saja saya yakin gelap itu yang saya lihat adalah wujud danau danau Ranukumbolo.
semakin menurun dari jalur Pos 3 semakin yakin bahwa kami sudah dekat. itu ku ucapkan kepada Desi agar lelahnya saat itu berubah menjadi energi.

"ini udah masuk danau Ranukumbolo juga" ucapku ke Desi yang saat itu memang kami sudah berada di Ranukumbolo 1
"masih jauh?"
"naik sedikit lagi, baru deh sampe" 
"bentar-bentar lupa nih gua" yang saat itu jarak pandang kami terbatas karna kabut yang turun di danau ranukumbolo 1 cukup tebal dan jalurnya yang lapang membuat saya bingung untuk lewat mana. hingga Desi kuliat mulai merundukan badan.
"disini aja dulu dah bentar, cari fokus dulu"
Aguspun merebahkan kerilnya dan mengarahkan senternya ke segala sisi untuk mendapati jalur yang bener-bener jelas arahnya. 5 menit sudah kami menahan dingin di Ranukumbolo 1, kami lanjutkan kembali
"pelan-pelan deh yuk"
"lewat sini kali ler" ucap Agus menerka jalan
"ada sampah sih ini" lanjut Agus
"masih baru sih ini" terlihat sampah tolak angin saat itu masih seperti baru, yang kemungkinan beberapa jam yang lalu ada orang yang melintas melewati jalur ini. kami terus berjalan dan menemukan kembali bungkusan madu rasa  dan jalur pun kembali familiar terhadapku untuk kemudian naik sedikit dan belok kekiri. mendapati jalan landai untuk kemudian turun mendapati suara gemericik air dan genset hasil dari warga lokal yang menghidupi kehidupan di danau Ranukumbolo. yap, kami telah tiba di danau Ranukumbolo 2, memang sudah ada beberapa tenda kelompok pendaki disana bahkan tak sedikit suara suara mereka terdengar saat kami melewatinya

"assalamualaikummmm" kataku kepada penghuni danau entah dalam wujud manusia ataupun yang tidak. "assalamualaikumm bangg.. mpoo.." diulanginya lagi oleh Agus.
"walaukumsalamm, ngopi ngopii..
"alaikumsalamm dari manaa banggg"
"kumsalam awass tali tenda nyandung"
"haha iyaa bang"
aneh-aneh memang tak banyak juga yang hanya diam lebih memilih khusyuk mengintimkan diri dengan malam bersama Ranukumbolo.

Oh, Ranu sesekali ku merasakan rindu bersama mu kembali..

"belah sini ler, rata"
"yait pas lah yaa nanti pagi dibangunin sama mataharinya ranu"

   Tak ada sunrise pagi itu, tapi mengharuskan saya untuk menyadarkan diri bahwa pagi ini saya tengah berada di danau Ranukumbolo. sementara Desi keluar untuk kencing dan agus yang sudah mulai menyiapkan kompor untuk memasak kopi, saya pun merapihkan sleeping bag agar lebih leluasa. suasana riuh dari kelompok pendaki lain pun mulai terdengar, kabut perlahan membuka permukaan danau bersamaan dengan hisapan rokok dan seruputan kopi kami pagi itu.
saat itu pukul 06.30 WIB kami mencoba untuk keluar dari tenda, terutama Desi yang begitu antusias, maka ku biarkan saja ia jalan-jalan sendiri mengitari Ranu, layaknya seperti anak kecil yang diajak ke sebuah mall dan dilepas di arena bermain. tau kan yang mall mall itu? yang ada mandi bolanya- gabus-gabus, prosotan dan trampolinnya? yang sementara ibunya asik belanja dan bapaknya berada di mesin pijat sewaan dekat arena bermain si anak. yaa seperti itulah kira-kira.
saya dan Agus masih khusyuk terduduk dekat tenda dengan mata yang amat cantik pagi itu, sampai kami di sapa oleh pendaki lain yang mungkin sama hal nya dengan kami, mencoba beradaptasi dengan ranu pagi itu dan akhirnya yaa kami berbincang dengannya, tak terasa matahari mulai memunculkan wujudnya dihadapan kami, saya permisi untuk menghampiri Desi karna nampak terlihat dari jauh Desi seperti memberi kode agar saya menghampirinya, ah, sudah tau aku apa maunya, tidak lain adalah untuk memfoto dirinya..sudah ku tebak hmm

     

Terimakasih ranu kau begitu ramah pagi ini, tetap seperti ini hingga kami kembali lagi setelah kami jumpa mahameru, tak lama dari situ kami pun mempersiapkan makanan guna menambah energi, sekaligus mengurangi berat yang ada pada keril kami, "4 sehat 5 gapapa", nasi, telur dadar, tempe, jamur crispy bersama sayur sop kami makan untuk isi perut kami, buah apel khas malang sebagai penutup, rokok juga deng hehe. itulah yang dimaksud "gapapanya" itu tadi.
setelah itu kami bersiap untuk packing kembali dan melanjutkan perjalanan menuju batas pendakian terakhir yaitu Kalimati. karna disebutkan dalam brifing di Pos simaksi Ranupane sebelumnya batas pendakian hanya sampai pada Kalimati, bagi para pendaki yang ingin melanjutkan perjalanan sampai puncak pendakian, yaitu Mahameru. pihak TNBTS mempersilahkan hanya saja pihak TNBTS tidak bertanggung jawab atas apa-apa yang terjadi diatas. maka dari itu petugas hanya menghimbau keadaan puncak terakhir, jalur menuju puncak, dan hal-hal yang harus diwaspadai / dihindari saat berada di perjalanan menuju pucak atau bahkan diatas puncak. 




"foto dulu mas kita bertiga" ajak Desi
"siapa yang motoin" celingak celinguk nyariin orang
"suruh mba-mbanya yang tadi des, minta tolong" kata agus
dan akhirnya mbanya pun mau, ya harus maulah dari pada dikatain pelit dan sombong sama netijen


"teh, aku sama teteh foto dong"
"iya iya yukk" kata Desi dengan semangat
"sini sini" sambil ku raih camera nya
"instagramnya apa? nanti di tag hehee" basian jomblo akut si Agus

artis sia teh?
"makasih yaa mbaa"
"iyaa samasama, hati-hati teh" ucap mbanya, kayaknya sih orang sunda
"iyah, ketemu ya" 
"tenda warna merah, naturehikee" kode agus dari jauh hahaha
kami pun melanjutkan perjalanan dengan menjejaki tanjakan cinta, yang mitosnya adalah jika kita sebut sebut nama seseorang yang kita sukai/cintai dalam perjalanan ditanjakan cinta ini tanpa menoleh kebelakang, niscaya keinginan kita (cinta kita) terhadap orang itu akan terwujud. katanya sih. 

"lu sebut nama siapa ler?" ku tanya Agus sembari berjalan 
"wanita yang sudah bersama polisi itu? HAHA" sambung ku lagi
"HAHAHA taee" sambil geleng-gelengin kepala 

semangat ler!

tambah speednya

dengan muka-muka lelah dan hati yang khawatir kami sudah berada diatas bukit tanjakan cinta, saat itu kurang lebih pukul 11.00 WIB. mengharuskan kami merebahkan diri sejenak bersandar pohon besar. termasuk mengganti sepatu saya yang memang sudah tidak bisa lagi dipaksa untuk melangkah karna tapak pada sepatu lepas dengan arogan. tak ada akal-akalan untuk mengakalinya agar tetap bisa dipakai. mengharuskan saya untuk memakai sendal wirosableng milik Desi. karna sendal saya sendal jepit yang memang tapaknya sudah halus. yaa mau gimana walaupun kekecilan suka ngga suka, senang tidak senang harus saya pakai. sepatu pun langsung saya bungkus untuk saya packing kembali kedalam keril. dan kami melanjutkan perjalanan agar sampai tidak terlalu sore, apalagi gelap.

porter 

oro-oro ombo sedang tidak ungu

kami milih untuk melewati atas oro-oro ombo, karna nampaknya akan terasa licin jika saya turun menelusuri oro-oro ombo dengan sendal yang saya pakai ini. percuma melewati oro-oro ombo yang sedang tidak mekar (ungu) untuk apa juga, kurang bagus juga untuk difoto.
perjalanan cukup santai dengan jalur yang cenderung landai tak terasa membawa kami sampai pada Cemoro Kandang. saat itu pukul 11.30 WIB, kami tak melihat ada bau-bau semangka disana. beberapa kali kami berpapasan dengan kelompok pendaki lain baik sama-sama ingin naik dan ada pula yang ingin turun. ku tanyakan gimana keadaan puncak sebelumnya, ku tanyakan kondisi cuaca, ku tanyakan ketersediaan air di Sumbermani, ku tanyakan ada berapa tenda di Kalimati, ku tanyakan merk apa saja tendanya, ku tanyakan makan apa kalian disana, ku tanyakan upah buruh jabodetabek, ku tanyakan ada tukang semangka apa tidak, ku tanyakan lowongan pekerjaan, ku tanyakan jokowi atau prabowo, ku tanyakan harga ojek online dari sini kesana, ku tanyakan kabar pacarnya, ku tanyakan ibu bapaknya ah banyak lah pokoknya. keren keren kalian, aku rindu kalo kata dilan.




Bersambung...